Sejarah Agama Konghucu
Di Indonesia memiliki banyak sekali Ras, suku, Bahasa bahkan agama. Sebagaimana semboyan Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”. Kali ini kita akan membahas tentang agama Konghucu.
Agama Khonghucu / Kongjiao /
Rujiao adalah agama yang berasal dari negeri Tiongkok. Pada awal keberadaannya,
Agama Khonghucu ini hanya dianut di dalam kerajaan. Oleh karena jasa Nabi Kong
Zi / Kong Fu Tze / Khonghucu, maka rakyat jelata bisa mempelajari Ajaran
Khonghucu di Tiongkok (cerita nya Nabi Kong Zi mengembara). Agama Khonghucu ini
sebenarnya bukan ada pada semenjak nabi besar Kongzi lahir, tetapi sudah ada
sekitar 25 abad sebelum nabi besar Kongzi sendiri. Sebelum kehi dupan beliau,
maka kehidupan agama di kalangan masyarakat beragama hanya di dalam lingkup
istana, sebagai sebuah agama para bangsawan (royal religion).
Berkat nabi besar Kongzi yang
mempunyai 3000 orang murid dan diantaranya bukan hanya para bangsawan, tetapi
juga rakyat jelata. Sebuah prestasi yang luar biasa bahwa nabi Kongzi menerima
ribuan murid di dalam kehidupan edukasi di jaman sekitar 6 abad SM waktu itu.
Sebuah reformasi sosial religius yang luar biasa yang beliau lakukan, bahwa di
era sistem imperium saat itu nabi Kongzi mendeklarasikan pembaharuan sistem
pendidikan religius Ru (agama Khonghucu) sebagai agama untuk semua rakyat,
bukan sekedar untuk para pemegang kekuasaan pemerintahan kerajaan. Sejak itulah
pendidikan agama Ru menjadi agama masyarakat (public religion). Peneliti
menemukan maha karya nabi besar Kongzi telah mengubah total tradisi budaya
keagamaan kalangan istana menjadi agama yang bersifat universal; dan sekaligus
merupakan reformasi religius, salah sebuah spiritual reform yang spektakuler,
yang membutuhkan keberanian luar biasa. Apalagi hal tersebut dilakukan di jaman
yang paralel dengan runtuhnya sistem feodal kekaisaran dinasti ketiga, Zhou,
sekitar 500 tahun sebelum Masehi. Tempat beribadahnya satu agama dengan agama
lain berbeda. Seperti agama Kong Hu cu ini, tempat beribadahnya di namakan klenteng.
Istilah Klenteng sendiri diberi nama oleh suku Jawa yang biasa membuat nama
dari bunyi alat pemanggil ibadah mereka, yaitu lonceng yang berbunyi "
teng-teng-teng".
Agama Khonghucu (Kong Jiao 孔 教) pada jaman kehidupan Zhisheng Kongzi maupun berabad abad
sebelumnya disebut: agama Ru (Ru Jiao 儒
教). Kelak pada era dinasti Han (206 SM–220 M.) selain
disebut Ru Jiao, juga mulai dipakai sebutan: Kong Jiao. Sebagaimana kita ketahui di era itu pulalah
kaisar Han Wudi membuat keputusan yang monumental. Agama Ru (Khonghucu) diproklamirkan
sebagai: sebuah sistem pen didikan sosial religius kenegaraan (Guojiao 国 教). Dinasti Han bersifat Theokrasi khas agama Ru
(Khonghucu), mendasari sistem pemerintahannya dengan Kong Jiao zhi Dao ( 孔 教 之 道), yang dikenal juga dengan pola kepemimpinan: nei sheng (内 圣) wai wang (外 王).
Dengan istilah dalam Sishu, kepala pemerintahan adalah ayah bunda rakyat.