Memperingati Hari Kelahiran Yesus Dengan "Tradisi Wayang Wahyu"
Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Jika disebut hari Natal, maka konotasinya adalah hari kelahiran Yesus, pada tanggal 25 Desember. Umat Nasrani merayakan hari Natal dirayakan secara khidmat dan kebesaran baik di dalam gereja ataupun di rumah-rumah.
Ada sebuah perayaan yang unik di
Indonesia tentang perayaan natal dengan wayang kulit Enggak cuma menceritakan
epik Mahabharata atau Ramayana, ternyata ada lho pertunjukan wayang yang
memiliki cerita berbeda. Pertunjukan wayang ini dikenal dengan nama Wayang
Wahyu. Berbeda dari wayang yang seperti biasanya, cerita yang dipertunjukan
dalam Wayang Wahyu diambil dari berbagai kisah yang terdapat dalam Alkitab.
Pertunjukan wayang yang seringkali dilakukan menjelang perayaan hari Natal di
gereja-gereja tertentu di Jawa ini merupakan salah satu simbol inkulturasi
budaya yang terbentuk di Indonesia. Pertama kali muncul pada tahun 1960an,
pementasan Wayang Wahyu digunakan untuk mengingatkan umat Katolik untuk
menjalin keharmonisan antar sesama. Meski tak sepopuler pertunjukan wayang
kulit yang berisi penyebaran ajaran Hindu maupun Islam, kemunculan wayang wahyu
menjadi bagian penting yang membingkai semangat inkulturasi budaya. Perlu
diketahui nih sobat, Wayang Wahyu “Ngajab Rahayu” ini diciptakan oleh seorang
biarawan Katolik, yaitu Timotheus L. Wignyosoebroto FIC, di Surakarta,
pada tahun 1960.
Ide awal terciptanya wayang wahyu
dimulai ketika Bruder Timotheus menyaksikan pentas wayang kulit dalang MM
Atmowijoyo, tahun 1957, di gedung Himpunan Budaya Surakarta. Waktu itu lakon
yang dipentaskan bukanlah lakon Mahabharata atau Ramayana, tapi lakon Dawud
Nampa Wahyu Keraton yang diambil dari Al-Kitab (Injil) Perjanjian Lama. Saat
itu, wayang yang digunakan adalah tokoh-tokoh wayang kulit biasa, karena belum
mempunyai wayang khusus untuk penyebaran agama Katolik. Bruder Timotheus lalu
mengusulkan dibuat wayang khusus yang berbeda dari wayang kulit yang lazim di
masyarakat. Maka diciptakanlah wayang yang menyerupai tokoh-tokoh seperti dalam
Al-Kitab.
Wayang wahyu makin dikenal
masyarakat khususnya umat Katolik di Indonesia setelah mengikuti pentas pada
Pekan Wayang Indonesia I (1969) dan Pekan Wayang Indonesia II (1974). Wayang
wahyu dipentaskan tidak hanya di lingkungan Gereja Katolik, tetapi juga di luar
lingkungan gereja seperti saat perayaan Hari Raya Paskah dan Hari Raya Natal
yang selalu disiarkan RRI Surakarta.
Sobat Harmoni, mari kita hargai dan lestarikan budaya semacam ini, agar wujud inkulturasi budaya di Indonesia tetap terjaga. Bukan hanya agama Islam saja yang memiliki tradisi semacam wayang kulit ini, tetapi agama Konghucu juga memilikinya, mari kita hormati berbagai budaya yang dimiliki masing-masing agama